"Apa Tujuan Anda Dalam Hidup Ini"

Jumat, 11 November 2011

Belajar Mencinta

Leo F. Buscaglia, begitu namanya. Seorang professor pendidikan di University of Southren California, di Amerika. Ia seorang dengan banyak kegiatan sosial dan ceramah-ceramah tentang pendidikan. Satu tema yang terus menerus dibawanya dalam banyak ceramah, adalah tentang cinta.

"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'.  Tapi manusia tumbuh dan besar dalam, cinta," begitu katanya dalam sebuah ceramah.

Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.

Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama  kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.

Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya  masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah."Pintu-pintu langit telah terbuka, para  malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih  Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam  dan Jibril membuang muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 Sumber: "nur syifaq"
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kamis, 10 November 2011

Kekuasaan Syaitan di atas hati yang was-was

Rasulullah s.a.w bersabda : "Tergesa-gesa itu daripada Syaitan dan tenang itu dari Allah."

Mengawal hati itu sangat sukar. Hati itu bertukar-tukar dan berbalik-balik seperti balak di tengah laut dipukul ombak. Mana pernah ada hentinya berpusing dan berputar. Sepatutnya setiap pergerakan dan akal fikiran ditumpukan kepada gerakan hati. Hati ini akan hanya dapat dikawal dengan perantaraan ilmu dengan perantaraan akal fikiran. Ilmu itu penyuluh akal yang akan mengemudikan hati dengan tepat menuju ke matlamatnya iaitu sentiasa di dalam taat kepada Allah. Dan di akhir matlamat tersebut ialah bertemu dengan Allah s.w.t. Sabda Rasulullah s.a.w: "Kamu menyembah Allah s.w.t seolah-olah kamu melihatNya. Jikalau kamu tidak dapat melihatNya, maka Allah melihat kamu." (HR Bukhari dan Muslim)

Hati yang sentiasa memandang kebesaran dan kemuliaan Allah, tidak akan memandang kepada yang lain kerana yang lain daripada Allah itu serba kekurangan dan mempunyai kecacatan. Allah sahaja yang Maha Indah dan Maha Sempurna. Di dalam hidup ini, manusia ingin mencari yang sempurna dan yang indah. Manusia hanya akan bertemu dengan kesempurnaan yang Maha Sempurna itu pada Allah yang bersifat Jamal dan Kamal. Selain daripada kecintaan kepada Allah, adalah palsu. Inilah hati yang kenal dengan Allah s.w.t. Di dalam Al Quran Allah berfirman : " (Allah bertanya kepada ruh) Bukankah Aku  ini Tuhan kamu ? Maka mereka (ruh-ruh itu) berkata: Sesungguhnya, Kami menyaksikan engkaulah Tuhan Kami." (Al A'raf :172)

Sewaktu di alam ruh lagi Allah telah bertanya kepada manusia tentang kebesaran dan kekuasaan Allah. Maka manusia berjanji dan mengaku bahawa Allahlah Tuhan sekalian alam. Maka apabila dizahirkan manusia itu ke bumi,  maka diantara peranan yang perlu dilakukan oleh manusia itu ialah ibadah, sesuai dengan janji manusia ketika di alam ruh.

Firman Allah : "Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu." (Ad Dzariyat: 56) Tetapi apabila dizahirkan di dunia, manusia berdepan dengan dua musuh besar yang sentiasa menjerumuskan manusia ke dalam lembah kehinaan iaitu nafsu dan syaitan. Firman Allah : "Tidakkah kamu melihat orang yang mengambil nafsu sebagai Tuhan." (Al Jaatsiyah : 23)

"Apakah belum Aku janjikan kepada kamu sekalian hai bani Adam (manusia), agar kamu semua jangan menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh kamu yang nyata."
(Yasin: 60)

Nafsu adalah sifat yang secara semulajadinya telah berada di dalam hati manusia sejak manusia di lahirkan ke dunia. Pada peringkat yang rendah nafsu ini lebih keji dari binatang. Firman Allah: " Sesungguhnya nafsu itu  sangat menuruh kepada kejahatan." (Yusuf: 53)

Dan yang menunggangi nafsu itu adalah syaitan. Syaitan membisikkan ke dalam hati manusia mengenai keindahan dan kecantikan dunia. Diperlihatkan dihadapan manusia dengan penuh ghairah akan wanita dan harta benda yang semuanya itu sangat disukai nafsu. Lalu didorong manusia itu untuk segera melupai Allah dan berpaling kepada yang disukai nafsunya. Firman Allah :
"Syaitan telah menguasai mereka, lantas membuatkan mereka lalai mengingati  Allah."
(Al Mujadalah: 19)

Anas berkata : Rasulullah s.a.w pernah berkata : " Sesungguhnya Syaitan itu  telah menaruh belalainya pada hati manusia. Maka apabila manusia itu ingat  kepada Allah, mundurlah Syaitan dan apabila ia lupa kepada Allah, maka Syaitan itu menelan hatinya." Berkata Ibnu Wadhah di dalam hal ini :  "Apabila seseorang telah sampai usia empat puluh tahun dan belum pula ia  taubat, maka Syaitan menyapu muka orang itu dengan tangannya sambil berkata: Demi ayahku, inilah muka orang yang rugi." Dan sebagaimana nafsu syahwat meresap ke dalam darah daging manusia, maka begitu juga kekuasaan Syaitan terhadap hati dan pemikiran manusia. Kerana itu Rasulullah s.a.w  bersabda : "Bahawasanya Syaitan itu berjalan pada manusia di dalam urat darahnya, maka persempitkanlah tempat lalu Syaitan itu dengan lapar (berpuasa)."

Kebanyakan hati manusia dikalahkan oleh Syaitan yang telah berjaya menyerap  masuk ke dalam hatinya dengan pengaruh nafsu. Sehingga hati itu memilih keduniaan dan melupakan akhirat. Hal ini tidak dapat dikalahkan melainkan manusia itu kembali kepada zikir Allah (mengingati Allah). Berkata Jabir bin Ubaidah Al Adawi: Saya pernah mengeluh kepada Al A'la bin Ziyad : tentang was-was yang terdapat di dalam dada saya. Maka ia berkata : Bahawa  Hati itu umpama sebuah rumah yang dilalui beberapa pencuri. Pencuri-pencuri  itu berusaha mencuri apa-apa yang menjadi kegemarannya di dalam rumah tersebut. Tetapi jika di dalam rumah tersebut tidak mempunyai apa-apa, maka pencuri-pencuri itu akan melalui sahaja rumah itu dan akan meninggalkannya. Yakni hati yang bersih daripada syahwat nafsu tidak akan dimasuki Syaitan.  Kerana itu Allah berfirman: "Sesungguhnya hamba-hambaKu itu tidak ada kekuasaan bagimu (Syaitan) ke atas mereka." (Bani Israil: 65)

 "Bahawasanya orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka diganggu oleh Syaitan, lantas mereka ingat kepada Allah, maka jika begitu mereka akan melihat." (Al A'raf: 201)

Untuk mengalahkan Syaitan hati perlu diisi dengan zikrullah dan iman. Dosa samada kecil atau besar adalah perosak dan peruntuh iman. Orang yang benar-benar mahu memelihara dan meningkatkan iman, janganlah melakukan dosa. Kalau terbuat cepat-cepatlah istigfar dan bertaubat kepada Allah. Jika tidak Syaitan akan menjalankan tipudayanya.

Iman juga boleh naik dan turun . Inilah sifat iman ilmu yang belum lagi meresap ke dalam hati. Kerana itu ianya mesti dibajai dan disuburkan dengan  ibadah dan mujahadah. Dan perlu diingat segala amalan dan ibadah yang kita lakukan itu, mestilah dengan ikhlas dan tawadhuk. Jikalau tidak ibadah yang  kita lakukan itu tidak ada nilainya di sisi Allah. Malah jikalau tidak bersungguh-sungguh kita melakukan ibadah, ibadah yang kita lakukan itu, bukan sahaja tidak mendapat apa-apa di sisi Allah, tetapi akan mendapat dosa kerana tidak beradabnya kita di sisi Allah.

 Bila kita dapat melakukan ibadah dengan khusyuk dan ikhlas, maka akan timbullah di dalam hati rasa kebesaran Allah, hati akan lebih mengenal Allah, takut kepada Allah, menghina diri dan malu dengan Allah, takut ancaman Allah dan harap akan nikmat Allah, terasa gerun dan cinta kepada Allah. Bila telah masuk perasaan-perasaan tersebut di dalam hati, secara sendirinya hati akan beramal dengan amalan yang baik dan sentiasa mengingati Allah dengan zikrullah yang akhirnya mendatangkan ketenangan pada batin manusia dan akan memundurkan Syaitan daripada menguasai hati kita. Rasulullah s.a.w bersabda: "Tergesa-gesa itu daripada Syaitan dan tenang itu dari Allah."

Mengingati Allah sehingga melahirkan tenang bukannya senang. Ramai orang yang beribadah dan mengingati Allah, tetapi jiwa mereka kusut. Mengapa ?. Kerana ibadah mereka itu tidak dijiwai dan dijagai adabnya. Tuntutan ibadah tidak dilaksanakan. Ramai manusia yang fikir apabila menunaikan ibadah  kepada Allah, mereka telah melaksanakan tuntutan ibadah. Belum selesai lagi. Kerana tuntutan ibadah itu ada hubungannya dengan manusia. Ibadah melahirkan akhlak. Akhlak melahirkan kasih sayang dan kemesraan sesama manusia.

Syaitan ini sangat pandai di dalam menjalankan tipudayanya. Adakalanya digesa kita beribadah kepada Allah tetapi dilalaikan kita dengan adab dan akhlak kepada manusia. Jikalau kasih sayang sesama manusia belum wujud di dalam diri kita, ertinya ibadah yang kita lakukan masih belum sempurna. Kerana itu ramai yang kita lihat rajin sembahyang, rajin berpuasa, rajin pergi umrah tetapi hati mereka tidak tenang. Kerana apa? Kerana mereka rajin pergi umrah tetapi jiran mereka kelaparan mereka tidak ambil tahu. Mereka rajin bersembahyang, tetapi jiran mereka tidak ada pakaian, mereka tidak peduli. Tidak ada kasih sayang, tidak ada silaturrahim. Maka hasilnya tiada keberkatan dan ketenangan. Kerana apa? Kerana ibadah yang dilakukan itu bukan hasil dari Iman yang sempurna. Kerana Iman yang sempurna itu akan menguatkan hubungan hati dengan Allah dan hubungan hati dengan manusia. Tanpa mengasihi manusia, kasih sayang Allah tidak akan diperolehi. Barangsiapa yang kasih kepada makhluk di bumi, maka dia akan dikasihi oleh makhluk di langit. Dan Allah akan campakkan kehebatan dan ketenangan kepada hamba-hamba yang dipilihNya, lalu menyelamatkan mereka dari dikuasai oleh nafsu dan Syaitan laknatullah alaih di dalam melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah s.w.t.


 Dipetik daripada www.syukur.com

Cara Mudah Membuat Es Krim Cup

Haaaaiiii.. Wah gak kerasa 6 tahun sudah ini blog mati suri, banyak yang berubah pasti ya, tapi kalo soal iseng buat bikin sesuatu mah gak...